•  
  •  
 

Abstract

The world of Saudi Arabia in the diaspora experiences of Fuad Abdurahman is written in a novel entitled Pelukis Gurun Pasir (2018). The problems discussed in this study are: (1) the position of subject or author in the narrative structure of the text, (2) the author's relationship with the country of origin, and (3) the voices that appear within the migrant subject in dealing with Saudi Arabian tradition. The theory used is diaspora poetics, which emphasizes the concept of language expression as part of the subject's identity. The object of the research is Pelukis Gurun Pasir (2018) and the author's response to traditions in Saudi Arabia. The data include the narrative structure of the novel’s text, the ideas in the text, the author's biography, and diaspora discourse or social situations. The results show that the image of Saudi Arabian society tends to be evaluated negatively by emphasizing on the chaotic sexuality description of Arabic men, making Saudi Arabia a masculine country. In addition, the author finds tolerant Islamic values in Indonesia, which causes his longing to return to Indonesia. Dunia Arab Saudi dalam pengalaman diaspora Fuad Abdurahman dituliskan dalam Pelukis Gurun Pasir (2018). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) posisi subjek atau pengarang dalam tata naratif teks (2) hubungan pengarang dengan negeri asal, dan (3) suara-suara yang muncul dalam diri subjek migran dalam menghadapi tradisi Arab Saudi. Teori yang digunakan adalah puitika diaspora yang menekan pada konsep ekpresi bahasa sebagai bagian dari identitas subjek. Objek kajian penelitian adalah novel Pelukis Gurun Pasir (2018) dan tanggapan pengarang terhadap tradisi di Arab Saudi. Data yang digunakan adalah tata naratif teks novel, gagasan yang muncul dalam teks, riwayat pengarang, dan wacana diaspora atau situasi sosial. Hasil penelitian ini adalah bahwa citra masyarakat Arab Saudi cenderung dinilai secara negatif dengan menekankan pada deskripsi seksualitas yang kacau dari laki-laki Arab sehingga Arab Saudi adalah negeri maskulin. Selain itu, pengarang justru menemukan nilai-nilai keislaman yang toleran berada di Indonesia sehingga pengarang merindukan pulang ke Indonesia.

Share

COinS