Abstract
This study aimed to describe: 1) forms of deconstruction of craftmanship dimensions in the aesthetic representation of Yogyakarta’s contemporary art; and 2) factors leading to the strong deconstruction of craftmanship dimensions. The method employed was qualitative, using hermeneutics as the main approach. The researcher and a documentation guide were the main instruments in the research. The research data were in the form of artwork documents created by Yogyakarta artists, during the last ten-years or starting in 2010. The data were then analyzed using a qualitative descriptive model, incorporating the following steps: data reduction, discussion, and conclusion. The results of this study show that the form of deconstruction of craftmanship dimensions in the aesthetic representation of Yogyakarta’s contemporary art is related to the technical domain of creation and the content of the work, which is represented deconstructively. In terms of its contents, the artwork is no longer a representation of craftmanship either on its functional praxis or nobility, instead it shows a social-criticism function. The factors that cause the strong deconstruction of craftmanship dimensions in the aesthetic representation of Yogyakarta’s contemporary art include the strong influence of postmodernism accompanying the development of culture in the contemporary era, as the antithesis of modernism. This is realized by rejecting the principles of monosemic-logocentrism and by offering new principles, namely pluralism and polysemic-particularity in culture and arts, with all its grand narration. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1) bentuk-bentuk dekonstruksi dimensi kekriyaan dalam representasi estetis seni rupa kontemporer Yogyakarta; dan 2) penyebab kuatnya dekonstruksi dimensi kekriyaan dalam representasi estetis seni rupa kontemporer Yogyakarta sebagaimana dimaksud. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kualitatif dengan pendekatan utama hermeneutik. Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri, yang dibantu dengan pedoman dokumentasi. Data penelitian berupa dokumentasi karya seni rupa Yogyakarta, yang dibuat pada periode sepuluh tahunan terakhir atau mulai tahun 2010. Teknik analisis data menggunakan model deskriptif kualitatif, dengan tahapan reduksi data, pembahasan, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dekonstruksi dimensi kekriyaan dalam representasi estetis seni rupa kontemporer Yogyakarta berkaitan dengan domain teknis penciptaan dan isi karyanya, yang direpresentasikan secara dekonstruktif. Dari sisi isinya, hasil ciptaan tersebut tak lagi sebagai representasi kekriyaan baik dari sisi praksis fungsional maupun keadiluhungannya, melainkan lebih sebagai fungsi kritik sosial. Adapun faktor penyebab kuatnya dekonstruksi dimensi kekriyaan dalam representasi estetis seni rupa kontemporer Yogyakarta meliputi cukup kuatnya pengaruh faham postmodernisme yang mengiringi perkembangan kebudayaan di era kontemporer ini, sebagai antitesis faham modernisme. Hal ini diwujudkan dengan menolak prinsip logosentrisme-monosemik, dan menawarkan prinsip baru, yakni pluralitas serta partikularitas-polisemik dalam berkebudayaan dan berkesenian, beserta segala narasi besar yang menyertainya.
Recommended Citation
Kasiyan, Kasiyan
(2024)
"Dekonstruksi dimensi kekriyaan dalam representasi estetis seni rupa kontemporer Yogyakarta,"
Bahasa dan Seni: Jurnal Bahasa, Sastra, Seni, dan Pengajarannya: Vol. 49:
No.
2, Article 9.
DOI: https://doi.org/10.17977/um015v49i22021p253
Available at:
https://citeus.um.ac.id/jbs/vol49/iss2/9